Selamatkan Satu Jiwa Sambung Seribu Asa
“Cinta bermakna memberi sedangkan kerelawanan adalah bukti dari cinta yaitu pengorbanan. Tidak ada kebahagiaan hakiki kecuali menebarkan cinta dan pelayanan umat“
dr. Azhar Anwar, MM, MMRS
Ketua BSMI Jawa Timur Periode 2025-2030
Tentang BSMI

Bulan Sabit Merah Indonesia adalah Lembaga Kemanusiaan Nasional yang berdiri sejak tanggal 8 Juni 2002. BSMI aktif memberikan dukungan dan pertolongan kemanusian, kesehatan serta sosial baik di lingkup Nasional maupun Internasional. BSMI juga berperan aktif dalam menghadapi dan menanggulangi krisis kemanusian di negara-negara konflik dan darurat, tanpa memandang ras, agama, negara, kelas, maupun aspirasi politik.

VIDEO PROFIL
DONATUR

Layanan Donatur BSMI JATIM

DONASI

Donasi Kemanusiaan BSMI JATIM

RELAWAN

Anggota Relawan BSMI JATIM

Agenda BSMI
more
Donasi BSMI
more
Berita BSMI
more

Rabu, 17 September 2025

Khitanan Massal BSMI Jawa Timur dan BSMI Pamekasan Giat Safari Khitan Madura Sehat 2025

Pamekasan - BSMI Jawa Timur bersama BSMI Pamekasan menyelenggarakan giat Safari Khitan Madura Sehat berupa khitanan massal bagi anak-anak di kabupaten Pamekasan. Kegiatan khitanan massal ini diselenggarakan secara gratis bagi masyarakat.

Sebanyak 24 anak mengikuti kegiatan khitanan massal ini. Dengan adanya kegiatan sosial ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat di Pamekasan.

Tak hanya gratis, peserta khitan juga diberikan paket bingkisan juga.

Khitanan Massal BSMI Jawa Timur dan BSMI Sumenep Giat Safari Khitan Madura Sehat 2025

Sumenep - Giat Safari Khitan Madura Sehat BSMI Jawa Timur tahun ini diselenggarakan bersama BSMI Sumenep. Kegiatan khitanan yang berlangsung pada 6 September 2025 ini diikuti oleh 40 anak dari wilayah Kabupaten Sumenep.

Kegiatan khitanan gratis ini rutin dilaksanakan oleh BSMI di wilayah Madura sebagai bentuk kepedulian sosial. Selain di Sumenep kegiatan ini juga dilaksanakan di Sampang dan Pamekasan.

Selesai kegiatan khitan anak-anak diberikan hadiah bingkisan yang menambah keceriaan mereka. Diharapkan program-program BSMI dapat terus memberikan manfaat bagi masyarakat.

Khitanan Massal BSMI Jawa Timur dan BSMI Sampang Giat Safari Khitan Madura Sehat 2025

Sampang - BSMI Jawa Timur bersama BSMI Sampang menggelar kegiatan khitanan massal dalam rangkaian acara Safari Khitan Madura Sehat. Acara khitanan ini berlangsung pada tanggal 5 September 2025. 

Sebanyak 35 anak menjadi peserta khitanan massal ini. Program ini diselenggarakan secara gratis sebagai wujud kepedulian sosial BSMI bagi masyarakat sekitar serta kontribusi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Madura.

Selain itu peserta juga diberikan bingkisan dari panitia berupa paket perlengkapan dan makanan ringan. Diharapkan giat safari khitan ini dapat terus dilestarikan di masa yang akan datang.

Sabtu, 13 September 2025

BSMI JATIM Kirim Utusan 3 Relawan Jambore FPRB Jatim 2025 Di Banyuwangi

Banyuwangi - Dalam gelaran Jambore FPRB Jatim tahun ini BSMI Jatim mengirimkan utusan 3 orang relawan. Kegiatan akan berlangsung dari tanggal 12-14 September 2025 di Banyuwangi. Tim perwakilan dari BSMI Jatim ini dipimpin oleh Slamet Hariyadi. Harapannya semoga acara berjalan dengan lancar.

Senin, 08 September 2025

BSMI Telah Mengirim 16 Dokter Spesialis Ke Gaza

💔 Gaza masih membutuhkan kita!

Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) telah mengirim 16 dokter spesialis sejak EMT pertama masuk ke Gaza. Kini, misi kemanusiaan harus terus berjalan. 

Mari kita dukung Emergency Medical Team (EMT) BSMI untuk memberikan layanan kesehatan dan harapan bagi saudara kita di Gaza.

🤲 Bersama kita bisa berkhidmat untuk kemanusiaan.

Selamatkan satu jiwa sambung 1000 asa

Sabtu, 06 September 2025

IBU GAZA YANG MENANTIKAN DATANGNYA FAJAR

Gaza - Di Gaza yang kini terhijab dari dunia luar, seorang ibu bernama Sa'da al-Khalidi, 46 tahun, menjalani kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan. Ia adalah seorang ibu dari empat putra dan dua putri. Namun, perang yang pecah pada 7 Oktober 2023 merenggut putra kesayangannya, Muhammad, yang baru berusia 13 tahun. Muhammad gugur sebagai syahid di hari-hari pertama serangan.

Sebelum serangan, Sa'da dan keluarganya tinggal di rumah sederhana mereka di Kamp Jabalia, Gaza Utara. Namun pada 11 Oktober 2023, hanya dua hari setelah kehilangan anaknya, keluarga ini mendapat perintah evakuasi. Sa'da enggan pergi, ia masih ingin menghirup aroma anaknya di sudut-sudut rumah, tempat Muhammad menorehkan kenangan terindahnya. Tetapi suaminya, Bajis al-Khalidi (62 tahun), memaksanya meninggalkan rumah. Ia tak sanggup kehilangan lebih banyak anggota keluarga.

"Sejak saat itu, dimulailah perjalanan penuh penderitaan," tutur Sa'da.

Keluarga ini berpindah ke wilayah tengah Gaza, di Kamp al-Bureij, sebelum akhirnya melanjutkan pelarian ke Rafah, selatan Gaza. Di sana, mereka bertahan dalam sebuah tenda reyot di tepi jalan.

Dua bulan setelah mengungsi, kesehatan Bajis memburuk. Berat badannya turun drastis hingga 40 kilogram. Ia memang sudah lama mengidap diabetes, memiliki enam ring di jantung, serta kanker prostat jinak. Namun kabar yang datang kemudian mengguncang keluarga ini: hasil pemeriksaan medis menyatakan kanker Bajis sudah ganas, menyebar ke hati dan paru-paru.

Bagi Sa'da, kabar itu ibarat petir di siang bolong. Suaminya adalah sandaran utama dalam hidup, "tiang tenda" keluarganya. Kini, di tengah perang, kelaparan, dan pengungsian, beban Sa'da semakin berat. Ia harus menjadi pilar kekuatan bagi enam anaknya, sekaligus berjuang mempertahankan hidup sang suami.

Hari-hari di tenda penuh derita: terik panas, minim air, obat-obatan langka, dan perut anak-anak yang kerap kosong. Namun Sa'da tetap berusaha menghadirkan rasa aman bagi anak-anaknya, serta menjaga suaminya tetap bernapas.

Hingga satu pagi di Deir al-Balah, tempat pengungsian berikutnya, ia mendapati suaminya tak sadarkan diri dengan suhu tubuh tinggi. Sa'da panik dan menghubungi ambulans, namun akibat gempuran serangan, ambulans baru tiba setelah tujuh jam. Sesampainya di Rumah Sakit Syuhada al-Aqsa, dokter menyatakan Bajis terkena stroke. Sejak itu, ia harus duduk di kursi roda.
Sa'da tak patah arang. Dengan penuh kesabaran, ia membantu suaminya bangkit kembali.

"Saya bangga pada diri saya. Dengan bahu saya sebagai tongkatnya, suami saya bisa meninggalkan kursi roda setelah enam bulan," kata Sa'da dengan mata berbinar.

Saat jeda gencatan senjata diumumkan, Sa'da nekat kembali ke Jabalia, berjalan kaki sejauh 20 kilometer dari Deir al-Balah. Harapannya sederhana: menemukan sesuatu yang masih tersisa dari rumahnya, mungkin baju Muhammad yang masih beraroma anaknya, atau buku catatan dengan pesan terakhir yang ditulis sang putra.

Namun setibanya di sana, hatinya kembali hancur. Rumah itu sudah rata dengan tanah. Tak ada lagi yang bisa diselamatkan. Dengan air mata yang tak terbendung, ia pun kembali ke tenda pengungsian bagi pasien kanker di Gaza.

Kini, Sa'da harus berjuang keras menutupi kebutuhan keluarganya. Ia sering kali tak mampu menyediakan sepotong roti untuk Hasan, putra bungsunya yang baru berusia 7 tahun. Hasan kerap terjaga semalaman karena lapar, menangis hingga pagi. Sa'da hanya bisa memeluk dan menenangkannya, berharap bantuan makanan datang dari dapur umum.

Lebih menyakitkan lagi, kondisi Bajis menuntut makanan sehat, sementara yang tersedia hanya makanan kalengan—satu-satunya yang bisa ditemukan di Gaza yang terkepung.

"Dulu saya bermimpi sembuh," ujar Bajis dengan suara lirih. "Sekarang saya hanya berharap ada obat yang bisa meredakan sakit ini."

Di tengah semua kesulitan itu, Sa'da memilih untuk tetap tersenyum di depan anak-anak dan suaminya. Ia ingin mereka percaya bahwa keluarga ini masih bisa kuat. Namun dalam hatinya, ia hanya memiliki satu doa: perang segera berhenti, dan keluarganya bisa hidup dengan layak.

Ia juga berharap ada organisasi kemanusiaan yang mendengar suaranya, agar suaminya bisa dirujuk berobat ke luar Gaza. Ia sangat membutuhkan operasi pengangkatan prostat, serta perawatan lanjutan pada hati dan paru-parunya.

Kisah keluarga Sa'da hanyalah sepotong dari lautan derita ribuan keluarga Gaza lainnya. Keluarga yang kehilangan anak, kehilangan rumah, dan kini hidup di tenda-tenda sempit dengan perut lapar dan tubuh sakit.

Di tengah reruntuhan, kelaparan, dan ketiadaan obat, mereka terus menulis hari-hari dengan air mata, kesabaran, dan harapan—menunggu datangnya fajar yang membawa kehidupan yang lebih manusiawi.
Gempa Terkini
more

GERAKAN RP 20K UNTUK GAZA


BSMI JATIM PEDULI PALESTINA

"Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya." (QS Al Maidah :32)

DONASI SEKARANG
BSMI TV
more
Majalah BSMI
more
Info Donor Darah
more
Informasi BSMI
Channel BSMI
Mitra BSMI